Categories

Minggu, 09 November 2014

JADIKANLAH PROFESI FASILITATOR ATAU KERJA APAPUN SEBAGAI PANGGILAN JIWA(Nana R.Wijaya, SS FK-P Kec.Cibeureum Kab.Kuningan)

 (Nana R.Wijaya, SS FK-P Kec.Cibeureum Kab.Kuningan)
 
Sebagaimana penulis kutip dari sebuah hadits yang berbunyi : “Khoirun-naasi Ahsanuhum Khuluqon wa Anfa’uhum linnaas” yang artinya “Sebaik-baiknya manusia ialah yang senantiasa berbuat baik (berbudi pekerti luhur) dan bermanfaat bagi sesamanya.”

Dikisahkan, ada tiga tukang bangunan yang sedang bekerja menumpuk batu bata membangun dinding sebuah bangunan. Satu demi satu, batu bata itu ditumpuk hingga menjulang membentuk sebuah dinding. Tanpa diduga, orang bijak lewat, kemudian bertanya sekaligus ingin menguji kualitas jawaban yang mereka utarakan.

“Wahai anak muda, apa yang sedang kamu kerjakan?” tanya sang bijak kepada orang pertama. Dengan muka yang agak kesal, dia menjawab, “Kamu tak lihat, aku sedang menumpuk batu bata.” Pertanyaan yang sama diajukan kepada orang kedua dan ketiga. Orang kedua menjawab, “Aku sedang membuat tembok yang tinggi.” Giliran orang ketiga yang menjawab, “Aku sedang membangun rumah indah yang paling megah di kota ini.”

Apa yang terlintas saat mendengar ketiga jawaban tersebut? Jawaban pertama menunjukkan dangkalnya pemaknaan seseorang terhadap sesuatu yang ia kerjakan. Tak ubahnya seorang mekanik atau robot, ia hanya bergerak dan berbuat sesuai dengan instruksi pekerjaan yang ada di depan matanya. Baginya, bekerja sekadar menunaikan dan menggugurkan kewajiban. Kewajiban beres, tinggallah menerima upah dari sang majikan. Pekerjaan adalah beban hidup dari hari ke hari yang harus diselesaikan.

Jawaban kedua sedikit agak mending dibandingkan dengan jawaban pertama. Pemaknaan terhadap pekerjaan sedikit lebih jauh dari yang pertama, tetapi belum menunjukkan kedalaman jawaban yang diharapkan. Baginya, pekerjaan dimaknai sebagai kewajiban yang harus ditunaikan sebagai batu loncatan untuk meningkatkan kemampuan dan taraf hidupnya. Semakin banyak dan sering melakukan pekerjaannya, semakin terlatih dan terasah kemampuannya.

Bagaimana dengan jawaban yang ketiga? Inilah jawaban seseorang yang memaknai pekerjaannya sebagai panggilan jiwa. Ciri yang paling kentara adalah adanya cinta terhadap pekerjaan yang kita lakukan. Cinta inilah memunculkan semangat menggelora, optimisme membumi, gairah membahana, dan semangat melayani orang lain.

Rasanya sama saja dengan profesi kita sebagai Fasilitator. Jika sedang berada di tengah-tengah Masyarakat, kemudian ditanya dengan pertanyaan yang sama diatas, pasti beragam jawabannya. 
 
Paradigma terhadap profesi menjadi penting, karena jika kita memfasilitasi hanya berhenti pada paradigma bekerja, maka realisasinya adalah memfasilitasi tidak lain dan tidak bukan hanya menyelesaikan kewajiban semata.

Maka, persiapan pemahaman materi fasilitasi dan memahami administrasi desa yang dilakukan, proses fasilitasi yang dilaksanakan dan segala aktivitas fasilitasi di lapangan yang dilakoni hanya untuk memuaskan atasan atau kepuasan pemerintah semata.

Paradigma kedua adalah melihat profesi Fasilitator sebagai karier. Dalam hal ini Fasilitator bukan lagi memainkan peran atas dasar skenario orang lain, fasilitatorlah yang memainkan peran sebagai sutradara.

Paradigma ketiga, melihat profesi fasilitator sebagai panggilan. Fasilitator bukan lagi menjalankan skenario orang lain, tidak juga menjalankan skenario diri sendiri, melainkan menjalani skenario Tuhan.

Pada level ini, muncul kesadaran bahwa; “Kita adalah utusan Tuhan yang dikirim ke dunia ini dengan maksud tertentu. Maksud itu merupakan misi ilahiah dan tugas mulia dengan menjadi seorang fasilitator. Maka, tidak ada cara lain yang lebih baik untuk membuat Fasilitator selalu bersemangat dalam memfasilitasi sehari-hari di Masyarakat, selain mengubah paradigma untuk melihat Profesi Fasilitator sebagai panggilan hidup.” 
 
Demikian tema kali ini yang bisa penulis sampaikan! Semoga bisa memberikan kontribusi dan inspirasi yang positif untuk pendampingan kita kedepan! Salam Sikompak




Tidak ada komentar:

Posting Komentar